Children · fantasy · Middle Grade · Young Adult

Harry Potter and the Philosopher’s Stone

Harry Potter dan Batu Bertuah

 

Title: Harry Potter dan Batu Bertuah [Harry Potter #1]

Author: J. K. Rowling

Translator: Listiana Srisanti

Editor: Mala Suhendra & Dini Pandia

Illustrator: Nicholas F. Chandrawienata

Published: January 2017  – 26th ed.[GPU]

ISBN: 978-602-03-3764-7

Pages: 392

Reading time: January 1-3, 2020

Rate: thumbsthumbsthumbsthumbsthumbs2

“Tak ada gunanya memikirkan impian berlama-lama sampai lupa hidup, ingat itu.” -Albus Dumbledore

Seumur hidup, Harry Potter tidak pernah berurusan dengan sihir. Dia tinggal bersama keluarga Dursley yang kejam dan Dudley, putra mereka yang menyebalkan. Kamar Harry cuma lemari sempit di kolong tangga, dan selama sebelas tahun, ulang tahunnya tak pernah dirayakan. Namun, tiba-tiba datang burung hantu membawa surat misterius: surat berisi undangan ke tempat menakjubkan bernama Sekolah Sihir Hogwarts. Dan di sana bukan hanya ada banyak teman, pertandingan olahraga naik sapu terbang, dan sihir dalam segala hal–dari pelajaran sampai makanan–tapi juga ada takdir luar biasa yang sudah lama menantinya…

Jika Harry mampu bertahan hidup.

***

Pada suatu malam dengan kegelapan yang begitu pekat, seorang bayi laki-laki ditinggalkan begitu saja di depan pintu rumah No. 4 Prive Drive. Sekalipun bayi mungil itu terlihat begitu manis dan tak berdaya, siapa pun tak akan menyangka bahwa malam itu juga, sesaat sebelum tubuhnya diletakkan di depan pintu rumah tersebut, ia berhasil menang atas maut yang nyaris merenggut nyawanya. Dan tak ada seorang pun yang menduga bahwa kelak bayi itu akan begitu terkenal dan namanya tertoreh dalam sejarah.

“… Dia akan jadi orng terkenal– jadi legenda– aku tak akan heran jika di masa depan nanti, hari itu akan dijadikan Hari Harry Potter– semua anak di dunia kita akan mengenal namanya!” [hal. 25 – Albus Dumbledore]

Hampir 11 tahun berlalu sejak sang bayi mulai menjadi bagian dari keluarga Dursley. Dan kini, ia telah menjelma menjadi seorang anak laki-laki kurus berambut acak-acakan tebal yang tak pernah lepas dari kacamata bulatnya. Sekilas memang tak ada yang terlihat spesial darinya, kecuali jika bekas luka samar berbentuk sambaran kilat di dahinya kau anggap spesial. Terlepas dari hal itu, ia kerap menjadi bual-bualan Dudley, sang sepupu, dan hanya dibiarkan tidur di sebuah lemari kecil dan pengap di bawah tangga rumah No. 4 tersebut.

Menjelang ulang tahunnya yang ke-11 (dan tentunya tak pernah dirayakan sekali pun oleh keluarga Dursley), sesuatu yang luar biasa besar, aneh, tak diduga-duga dan ajaib terjadi pada keluarga tersebut. Dan semuanya berawal dari kedatangan sebuah surat yang ditujukan untuk Harry Potter, yang pada amplopnya jelas-jelas tertera:

Mr. H. Potter
Lemari di Bawah Tangga
Prive Drive No. 4
Little Whinging
Surrey

Sejak saat itulah, kehidupan Harry tak lagi sama dan suka tidak suka ia harus memulai lembaran barunya di tempat yang sama sekali masih asing baginya, bahkan di tengah-tengah kaum yang selama ini hanya dikenal dalam dongeng anak-anak: Kaum Penyihir. Kehidupan yang kelak akan membuat Harry mengalami banyak petualangan seru, ajaib dan mendebarkan, mengenalkannya pada arti penting persahabatan, menyingkapkan kebenaran masa lalu yang selama ini merupakan misteri besar baginya, bahkan mempertemukannya pada takdir yang sudah mengikatnya sejak ia masih bayi.

“Kebenaran itu indah dan mengerikan, dan karenanya harus diperlakukan dengan sangat hati-hati. …” [hal. 375 – Albus Dumbledore]

***

Ini bukanlah pertama kalinya aku membaca buku pertama dari seri Harry Potter. Namun aku sangat menikmatinya dan sesekali merasakan nostalgia saat perkenalan pertamaku dengan si penyihir remaja itu. Kira-kira hampir 2 dekade lalu aku membaca Harry Potter dan Batu Bertuah untuk pertama kalinya dan tepat di malam tahun baru (aku lupa tepatnya tahun berapa). Kala itu aku menolak ajakan sepupuku untuk berkeliling Jakarta sambil mencari kemacetan dan kemeriahan menjelang malam pergantian tahun. Entah mengapa, aku sudah kepincut dengan cover (masih cover lama tentu saja) dan blurb buku ini.

Kalau tahun ini aku memerlukan waktu 3 hari untuk menyelesaikan buku perdana seri Harry Potter, maka kala itu aku hanya memerlukan waktu beberapa jam saja untuk menamatkannya. Yup! Kisahnya  yang begitu ajaib telah menyihirku sedemikian rupa sehingga membuatku tak menghiraukan hiruk-pikuk bunyi klakson, petasan, terompet yang berkumandang menandai pergantian tahun. Yang aku ingat, segera setelah aku menutup halaman terakhirnya, fajar baru telah menyingsing dan aku akhirnya baru bisa terlelap dengan mimpi fantasiku akan kisah luar biasa yang baru saja selesai kubaca (ppssstt… saat itu Harry Potter movie juga belum muncul!).

Kalau ditanya, bagaimana kesan dan perasaanku saat ini setelah selesai membaca kembali Harry Potter dan Batu Bertuah, maka dengan yakin aku pasti menjawab “Tetaplah seajaib seperti ketika aku membacanya untuk pertama kalinya!”. Ya, meski kini buku yang kubaca sudah memiliki cover terbaru (yang menurutku pribadi sih lebih artistik dan menarik ketimbang cover lamanya) dan aku membacanya disaat aku sudah menjadi seorang ibu dengan 2 anak usia 6 dan 8 tahun, hal ini tidak mengurangi rasa kagumku akan kisah yang diuntai dengan begitu hebatnya oleh sang penulis.

Secara keseluruhan, aku suka sekali dengan bagaimana J. K. Rowling membangun cerita dalam seri pertama Harry Potter ini. Sebuah kisah fantasi dan petualangan yang dibalut dengan nilai-nilai persahabatan, keberanian, kerjasama (kolaborasi), kejujuran, kerja keras, serta kepercayaan secara indah dan menawan.

Melalui kisah pertama Harry Potter ini aku juga mendapatkan beberapa pesan seperti:

  • Impian itu memang diperlukan, namun keberanian untuk menghadapi persoalan-persoalan serta menjalani kehidupan kita yang sekarang itu jauh lebih penting.

“Tak ada gunanya memikirkan impian berlama-lama sampai lupa hidup, ingat itu.” [hal. 271 – Albus Dumbledore]

  • Kebenaran kadang bisa begitu menyakitkan dan mengerikan, karenanya perlu disampaikan secara bijaksana dan penuh perhitungan. Penting juga untuk mengenali kepada siapa kita akan menyampaikan kebenaran tersebut.

“Kebenaran itu indah dan mengerikan, dan karenanya harus diperlakukan dengan sangat hati-hati. …” [hal. 375 – Albus Dumbledore]

  • Cinta dari orang-orang yang begitu mengasihi kita akan tetap ada dan dapat kita rasakan kapan pun dan dimana pun kita membutuhkannya.

“… Bukan seperti bekas luka, bukan tanda yang kelihatan… dicintai begitu dalam, meskipun orang yang mencintai kita sudah tiada, akan memberikan perlindungan untuk kita selamanya.” [hal. 375 – Albus Dumbledore]

  • Berani menegur teman yang berbuat salah adalah salah satu hal terbaik yang dapat kita berikan kepada teman yang kita kasihi, apalagi jika hal tersebut dapat membuat mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari masalah, sekalipun sering kali teman tersebut akan kesal dan bahkan membenci kita karenanya.

“Ada bermacam-macam keberanian. Perlu banyak keberanian untuk menghadapi lawan, tetapi diperlukan keberanian yang sama banyaknya untuk menghadapi kawan-kawan kita. …” [hal. 384 – Albus Dumbledore]

Buku ini menampilkan begitu banyak tokoh dan bahkan istilah-istilah baru nan ajaib yang akan membuatmu berdecak kagum. Kalau kamu berpikir kisah Harry Potter hanyalah kisah penyihir anak-anak, maka kamu salah besar! Di dalamnya kamu akan terkejut dengan sejumlah plot twist yang dapat membuatmu melongo dan bahkan mengumpat kesal dalam hati karena merasa ‘tertipu’. Dan ya! Ini adalah sebuah kisah pembuka yang luar biasa dari rangkaian kisah ajaib yang kelak akan menyihir para pembacanya menjadi fans fanatik yang tak terbendung. Jadi, kalau kamu masih belum pernah membaca kisahnya, inilah saatnya untuk memulai! Dan selamat bergabung dengan para Pottermania yang sudah terlebih dahulu menemukan indahnya The Wizarding World of Harry Potter.

***

Submitted for:

#RCHarryPotter2020

#GochengChallenge2020

#SlothDuoAuthorMonth

One thought on “Harry Potter and the Philosopher’s Stone

Leave a comment